Ketika gelar doktor banyak dikejar oleh orang yang tidak perlu-perlu amat

waroengmedia.com – Di bidang pendidikan, gelar PhD bersinar bagaikan berlian. Namun sayang, keindahannya seringkali menipu. Bukan hanya akademisi saja yang ingin naik ke jenjang yang lebih tinggi, namun masyarakat yang tidak terlalu membutuhkannya.

Fenomena ini menimbulkan pertanyaan, mengapa mereka yang tidak menjalankan ajarannya dirayakan dengan sepenuh hati?

Dari pejabat pemerintah hingga selebriti, gelar kelulusan tampak merendahkan hati. Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia menyelesaikan studi pascasarjana di Universitas Indonesia (UI). Menteri sekaligus Ketua Umum Golkar menutup sidang terbuka kenaikan pangkat dokter di UI pada Rabu (16/10). Bahlil berhasil lulus dari Sekolah Pascasarjana Kajian Strategis dan Global UI setelah menyelesaikan disertasi Nickelodeon tentang Indonesia.

Foto: Instagram/@sksg_ui

Wisuda bisa dikatakan sangat cepat. Bahlil Lahadalia terdaftar masuk Universitas Indonesia pada Februari 2023. Artinya, ia hanya punya waktu 1 tahun 8 bulan untuk mendapatkan gelar Ph.D.

Tadi ada Rafi Ahmed. Selebriti hebat ini mendapat gelar doktor atau doktor dari Universal Institute of Professional Management (UIPM) asal Thailand. Prof menyampaikan judulnya. Kanokchak Likitpriwan Rafi Ahmad, yang merupakan presiden UIBM Thailand.

Rafi Ahmed mengaku mendapat gelar tersebut karena dianggap telah berkecimpung di dunia hiburan selama 23 tahun. Rafi juga berkontribusi terhadap perkembangan dunia digital di bidang kreativitas. Dalam penyampaian judul tersebut, Rafi Ahmad berjanji akan terus memajukan dunia digital dan kreativitas serta memberikan energi positif dan semangat kepada para pengikutnya untuk mencapai impiannya.

Sosiolog dan penulis Oki Madasari mengamini bahwa mereka tidak membutuhkan gelar jika ingin mengenyam pendidikan tinggi. Selain itu, Anda juga harus kesulitan dalam menulis penelitian atau mengajar seperti yang sering dilakukan mahasiswa PhD.

Namun, Oki menjelaskan lulusan harus memiliki ilmu dan kontribusi keilmuan yang dapat memperkaya perbincangan dan perdebatan di masyarakat.

Oki mencontohkan beberapa orang yang mendapat gelar doktor kehormatan dari Universitas Katja Mada (UGM) seperti Soekarno, Hatta, dan Ki Hajar Devanthara.

waroengmedia.com mengutip akun YouTube Okky Madasari pada Jumat (18/10) yang mengatakan: “Hanya di Indonesia ada orang yang tidak ada hubungannya dengan dunia akademis dan tidak ingin berkarir di dunia akademis. Saya rasa saya harus memiliki gelar PhD .” .

Namun, apakah gelar tersebut benar-benar mencerminkan kemampuan ilmu atau hanya sekedar hiasan untuk memperbaiki wajah masyarakat?

Kasus yang menarik adalah kisah Rafi Ahmed yang lulusan SMA. Seorang penghibur yang terkenal dengan bakat layarnya bisa mendapatkan pengakuan akademis. Pertanyaan selanjutnya, apakah partisipasi di dunia hiburan sebanding dengan prestasi akademik? Ataukah sebuah usaha untuk mencapai tingkat yang lebih tinggi tanpa menyentuh ilmunya?

Foto: Instagram/@raffinagita1717

Sementara bagi akademisi sejati, perjalanan meraih gelar doktor merupakan jalan berbatu yang penuh celah. Mereka harus menghabiskan waktu 3 atau 4 tahun, lebih dari sekedar stres. Proposal penelitian, pengumpulan data, analisis dan penulisan disertasi merupakan ujian kesabaran dan ketekunan. Ia berjalan bagaikan peneliti di lautan ilmu, berharap menemukan ilmu. Dokter sebagai simbol komitmen terhadap ilmu pengetahuan

Ketika gelar doktor dijadikan alat untuk menambah kilau status, dampaknya bisa sangat signifikan. Gelar yang seharusnya menjadi simbol dedikasi dan komitmen terhadap ilmu pengetahuan, kini hanya sekedar hiasan belaka.

Kenaikan pangkat PhD Bahlil Lahadalia saat ini sedang menjadi perdebatan di berbagai kalangan. Bahkan, usai sidang kenaikan pangkatnya, beredar petisi melalui situs change.org pada 17 Oktober 2024 bertajuk “Tolak Penjualan Gelar Doktor, Jaga Martabat Akademik”.

Gambar: Unggulan

Sebelumnya, kata Bahlil, ia bisa menyelesaikan gelarnya dalam waktu dua tahun. Diakuinya, proses memperoleh gelar doktor dalam waktu singkat sangatlah sulit. Namun, ia menambah waktunya sejak studi S1.

Alasan Bahlil bisa menyelesaikan PhD dalam waktu sesingkat itu karena ia bersedia meluangkan waktunya untuk fokus pada jadwalnya.

“Agak sulit (membagi waktu) tapi harus aku lakukan karena jam belajarku sudah selaras dengan jam belajarku sejak aku masih mahasiswa. Dan selama itu aku belum pernah mendapat hadiah. Memberi lingkungan, satu dari hasil perjuangan saya fokus dan walaupun waktunya mepet, saya laksanakan”, kata Bahlil, saat berpidato pada Rabu (16/10).

Foto: YouTube/Universitas Indonesia

Pihak UI sendiri membantah melakukan kesalahan dalam mempromosikan gelar Bahlil Lahadalia. Universitas ini telah menyatakan kurikulumnya sesuai dengan prosedur dan peraturan nomor 016 tahun 2016 tentang penyelenggaraan program doktor di UI dari Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral Jantung Bumi, sesuai dengan UUD Rektor UI.

Dalam peraturan Rektor pasal 6 disebutkan bahwa ada dua jenis proses gelar sarjana di Universitas Indonesia. Siswa dapat memilih jalur studi dan penelitian dan jalur penelitian saja. Artinya jika memilih jalur penelitian maka mahasiswa tidak terbebani dengan perkuliahan. Namun pemilihan program ini ditentukan oleh masing-masing program studi. Bahlil Lahadalia sudah dikukuhkan menjadi mahasiswa doktoral penelitian UI, artinya tidak terbebani dengan mata kuliah tersebut. Dimungkinkan untuk lulus lebih cepat dari ideal dari program doktoral.

Aturan yang mengatur program doktor tentu saja berbeda dari satu universitas ke universitas lainnya. Waktu kelulusan setiap siswa berbeda-beda. Dibandingkan dengan UGM, Departemen Politik dan Pemerintahan Universitas Katja Mada Dr. Abdul Ghaffar Karim Tentang PhD di UGM. Mahasiswa dapat menyelesaikan studi doktoralnya dalam waktu 2 tahun dan 5-7 tahun.

“Mahasiswa harus menyelesaikan proposalnya melalui empat kali perkuliahan pada semester 1, dilanjutkan dengan menyelesaikan proposal bersama pembimbing/pembimbing pada semester berikutnya,” kata Abdul Ghaffar Karim menulis di waroengmedia.com, Jumat (18/10).

Menurutnya, jika mahasiswa tersebut mendaftar program PhD pada tahun 2024, maka usulan ujiannya harus dilakukan sebelum Februari 2025 dan paling lambat Juli 2025. Ia juga menambahkan, pencarian mahasiswa S3 biasanya selesai dalam 14 semester. Penulisan penelitian juga memakan waktu 1-4 semester.

“Jika Anda sebaik Sayyidina Ali bin Abi Thalib Karramallahu Wajah, Anda bisa mendapatkan gelar PhD di bidang ilmu politik dalam dua tahun, asalkan Anda memiliki publikasi internasional,” tulisnya.

“Tapi kalau mentalnya rata-rata, biasanya lulus di tahun keempat. Kalau pintar tapi sibuk, butuh waktu 5-7 tahun,” imbuhnya. Refleksi Makna Doktor dalam Dunia Akademik

Kelulusan Bahlil Lahadalia menimbulkan ketidakpuasan akademis. Mereka yang berjuang, mengorbankan jiwa dan raganya demi prestasi akademik, merasa tersisih.

Buku dan studinya juga dikatakan diterbitkan di jurnal predator. Tentu saja kabar ini akan mengecewakan banyak orang, terutama para akademisi.

Ketika mereka yang tidak mengikuti jalur tertentu mendapatkan gelar impiannya, rasa keadilan mulai memudar. Gelar hanyalah payung bagi mereka yang mencapai puncak tanpa harus terjebak dalam badai yang sama.

Oleh karena itu, sebagaimana umat Islam menunaikan ibadah haji dan haji, di Indonesia sudah menjadi hal yang lumrah jika seorang perwira, bupati, mempunyai gelar doktor. Oleh karena itu, gelar merupakan simbol status sosial dan sangat tidak terpisahkan dari akar feodalisme. Indonesia, seseorang merasa mempunyai status. “Saya merasa terhormat jika mendapat gelar”.

Dunia pendidikan perlu ditelaah lebih dalam. Gelar doktor seharusnya menjadi alat untuk memajukan ilmu pengetahuan. Bagaimana pengetahuan berdasarkan niat akan membawa perubahan di masa depan?

Sudah saatnya masyarakat mempertanyakan nilai diplomasi dan apa maknanya. Penting bagi lembaga pendidikan untuk lebih fokus pada akreditasi. Proses evaluasi yang lebih ketat harus menjadi prioritas, serta pengakuan atas partisipasi yang tulus dalam bidang pendidikan.

Jadi di sini diplomat itu hanya lencana kehormatan, bukan lencana atau orang yang melakukan penelitian yang bisa dihitung, kata Oki, dilansir waroengmedia.com (18/10).

Melalui integritas akademik yang bertanggung jawab, masyarakat akan menjunjung tinggi ijazah sebagai tanda komitmen dan ilmu pengetahuan. Bukan hanya aksesoris yang menonjolkan penampilan Anda.

Related Posts

Ramai infus bawang putih untuk stamina pekerja di Korea Selatan

Metode alternatif untuk memulihkan energi kini semakin umum, terutama bagi pekerja kantoran yang sering merasa lelah. Di Korea Selatan, pengobatan unik bernama infus bawang putih kini dikenal dapat mengatasi masalah…

Gaya Nagita Slavina dampingi Raffi Ahmad dilantik Prabowo, elegan ala ibu pejabat

Selasa, 22 Oktober menjadi momen bersejarah ketika Presiden Probov Subianta melantik sejumlah pejabat baru di Istana Negara. Salah satu nama yang menyita perhatian adalah Rafi Ahmad, selebritis yang kini menjadi…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

You Missed

Ramai infus bawang putih untuk stamina pekerja di Korea Selatan

Ramai infus bawang putih untuk stamina pekerja di Korea Selatan

Iuran BPJS bakal naik pada 2025, ini penyebab, dampak, dan ketentuannya

Iuran BPJS bakal naik pada 2025, ini penyebab, dampak, dan ketentuannya

Viral M Rizqi jadi anggota DPRD termuda, nilai akademik jeblok dan tabiatnya dibongkar dosen dan teman

Viral M Rizqi jadi anggota DPRD termuda, nilai akademik jeblok dan tabiatnya dibongkar dosen dan teman

Viral ormas razia rumah makan Padang karena penjualnya bukan orang Minang, alasannya bikin elus dada

Viral ormas razia rumah makan Padang karena penjualnya bukan orang Minang, alasannya bikin elus dada

Masih perhatian pada Andrew Andika, begini tanggapan Tengku Dewi Putri ditanya soal kemungkinan rujuk

Masih perhatian pada Andrew Andika, begini tanggapan Tengku Dewi Putri ditanya soal kemungkinan rujuk

Sebutkan macam macam ras yang ada di Indonesia lengkap dengan penjelasannya

Sebutkan macam macam ras yang ada di Indonesia lengkap dengan penjelasannya