waroengmedia.com – Mendaftarkan anak ke sekolah merupakan sebuah keputusan penting yang harus dipersiapkan oleh para orang tua. Mulai dari memilih sekolah yang tepat, menyesuaikan biaya, hingga mempersiapkan mental anak Anda untuk memulai perjalanan pendidikannya. Namun, seperti yang bisa dibayangkan, fenomena “perang” pendaftaran kini semakin nyata bahkan sebelum anak-anak siap mengenyam pendidikan formal.
Baru-baru ini, sebuah video yang memperlihatkan seorang ibu muda yang mendaftarkan anaknya ke sekolah dasar (SD) viral di media sosial. Menariknya, sang ibu tidak mendaftarkan anaknya ke SD pada tahun 2025, melainkan tahun ajaran 2030/2031. Oleh karena itu, meskipun anak yang lahir pada tahun 2023 masih akan bersekolah di sekolah dasar selama tujuh tahun ke depan, namun mereka sudah duduk di bangku sekolah dasar.
Foto: Instagram/@diniyunitaa
Video yang diunggah akun @diniyunitaa di Instagram menarik perhatian netizen. Dalam video tersebut, seorang ibu muda menyerahkan salinan akta kelahiran anaknya untuk memastikan anaknya resmi diterima di sekolah yang diinginkannya. Video yang diunggah tersebut berhasil membuat banyak orang terkejut, takjub sekaligus diejek dengan fenomena “perang” penerimaan sekolah.
Fenomena ini terjadi bukan tanpa alasan. Diketahui, sang ibu menyekolahkan anaknya ke SD Muhammadiyah Sapen di Kota Yogyakarta yang dikenal sebagai salah satu SD terpopuler di kota tersebut. Reputasi sekolah dalam menyediakan pendidikan berkualitas seringkali menjadi incaran para orang tua. Dengan bayi baru lahir menempati lebih dari dua kelas, maka tempat untuk tahun ajaran 2030/2031 sudah penuh.
Foto: Instagram/@diniyunitaa
Video yang diunggah tersebut memuat banyak informasi menarik. “Memang benar konsep perang tiket konser sudah tercipta, jadi ada yang tahu di SD mana?” tulis sang ibu, dikutip waroengmedia.com, Jumat (18/10).
Beberapa warganet memberikan reaksi berbeda atas tindakan ibu muda tersebut. Beberapa orang mengagumi ibu ini karena mempertimbangkan pendidikan anak-anaknya sejak dini. Komentar menarik dilontarkan akun @dianayumaha yang menyebut dirinya merupakan mantan siswa SD Muhammadiyah Sapin angkatan 2006. Menurutnya, pendidikan agama yang diterimanya di sekolah ini sangat bermanfaat dalam kehidupannya, terutama dalam melanjutkan pendidikan di lingkungan yang berbeda.
Foto: Instagram/@diniyunitaa
Bangga sekali bu, saya berpikir panjang lebar tentang pendidikan dasar anak saya, karena sebagai alumnus SD Muhammadiyah Sapin tahun 2006 saya rasa bekal saya sangat bermanfaat. Pelajaran agama di SMP dan SMA sepertinya mudah, ” tulisnya.
Banyak orang tua berbagi cerita serupa tentang ketatnya persaingan untuk memasukkan anak-anak mereka ke sekolah pilihan mereka. Ada pula yang mulai mendaftarkan anak-anaknya ke Sekolah Menengah Pertama (SMP) yang masih duduk di bangku sekolah dasar. Seorang netizen bernama @maharanifarrah mengaku mendaftarkan putranya ke SMP saat duduk di bangku kelas lima.
Selain unggahan @diniyunitaa, banyak orang tua lain yang juga berbagi pengalamannya menghadapi tantangan proses pendaftaran sekolah. Akun @quiniebels mengaku baru mendaftarkan anaknya untuk tahun ajaran 2028, namun slotnya sudah penuh. Sedangkan tempat pendaftaran untuk tahun 2029 hanya tersisa 30 tempat.
“Saya baru mendaftar. Kuota 2028 sudah penuh. Tahun 2029 tinggal 30 orang. Masih relatif aman untuk tahun 2030,” tulisnya dengan nada menenangkan.