waroengmedia.com – Belakangan ini banyak anak muda yang baru lulus kuliah yang lebih tertarik untuk memulai karir pertamanya ketika memulai sebuah bisnis. Berdasarkan data LinkedIn Workforce Report 2024, sekitar 65 persen Gen Z di Indonesia sangat ingin bekerja saat memulai bisnis. Mereka merasa bahwa memulai bisnis memiliki lingkungan kerja yang lebih bahagia dan modern dibandingkan kantor biasa.
Jadi, dari survei Jobstreet pada akhir tahun 2023, ditemukan bahwa 72% pekerja Gen Z merasa budaya kerja awal sudah sesuai dengan karakter mereka. Anak muda sangat menyukai sistem yang tidak terlalu hierarkis, sehingga bisa ngobrol dengan atasan atau atasan. Mereka juga tertarik mempelajari peluang dan peluang untuk berkembang lebih cepat ketika memulai bisnis.
Keberhasilan startup Indonesia seperti Gojek, Tokopedia, dan Traveloka dalam menciptakan lingkungan kerja yang nyaman memperburuk tren ini. Para pendiri perusahaan lokal kini berlomba-lomba menciptakan budaya kerja yang baik dimana karyawan bisa produktif namun tetap bahagia. Prinsip “work hard, play hard” yang diterapkan oleh startup-startup ini sangat berhasil menarik minat generasi muda berbakat.
Lalu budaya kerja seperti apa yang dituju oleh para pekerja Gen Z? Simak ulasan lengkapnya di bawah ini, diedit waroengmedia.com dari berbagai sumber pada Selasa (22/10). Budaya kerja ala start-up kerap diincar oleh Gen Z
Foto: freepik.com/rawpixel.com
1. Dress code ringan yang membuat Anda nyaman
Tak perlu repot dengan pakaian formal setiap hari. Startup biasanya memberikan kebebasan kepada karyawannya untuk berpakaian santai, yang penting tetap bersih dan sopan.
Jeans, T-shirt bahkan sneakers menjadi pilihan utama para pemula. Dengan berpakaian yang nyaman, karyawan menjadi lebih rileks dan bisa fokus bekerja tanpa merasa stres.
2. Tata ruang kantor terbuka yang membuat komunikasi lancar
Setting kantor start-up biasanya didesain dengan ide ruang terbuka yang memudahkan setiap orang untuk berkomunikasi. Tidak ada sekat tinggi atau ruangan tertutup yang menimbulkan intimidasi. Faktanya, CEO dan founder selalu duduk bersama di tempat yang sama, sehingga diskusi atau inspirasi bisa dilakukan secara langsung tanpa harus memesan ruang pertemuan terlebih dahulu.
3. Jam kerja fleksibel yang menghormati keseimbangan kehidupan kerja
Prinsipnya bukan berapa lama Anda berada di kantor, tapi seberapa efektif hasil kerja Anda. Banyak startup yang menerapkan jam kerja fleksibel, di mana karyawan dapat mulai bekerja antara jam 8-10 dan kemudian kembali ke rumah setelah jam 8. Ada juga yang menawarkan opsi WFH beberapa hari dalam seminggu. Yang penting tanggalnya terpenuhi dan komunikasi terus berlanjut.
4. Budaya berekspresi terbuka dan positif
Saat memulai bisnis, memberi dan menerima masukan adalah hal yang lumrah dilakukan dengan santai. Tidak perlu menunggu tinjauan tahunan untuk mengetahui cara kerja proses kami. Pertemuan harian atau pengingat mingguan adalah tempat untuk berbagi kemajuan dan memberikan umpan balik satu sama lain. Bahkan masukan kepada eselon yang lebih tinggi pun diterima asalkan disebarluaskan secara konstruktif.
5. Peralatan kantor yang bikin betah
Startup sangat memahami bahwa lingkungan yang nyaman meningkatkan produktivitas. Oleh karena itu, mereka selalu menyediakan kantin lengkap dengan kopi dan snack gratis, ruang permainan yang menyegarkan, booth Instagram bahkan tempat untuk tidur. Fasilitas tersebut bukan hanya untuk sekedar gaya saja, namun sebenarnya membantu karyawan untuk kembali menyalurkan energinya di sela-sela pekerjaan.
6. Budaya yang mendukung pertumbuhan
Mempelajari sesuatu yang baru hampir seperti sebuah kewajiban ketika Anda memulai bisnis. Ada anggaran khusus untuk mengikuti kursus online, mengikuti seminar atau konferensi. Sesi berbagi antar kelompok juga diadakan secara rutin agar setiap orang dapat saling belajar. Banyak startup bahkan memiliki program rotasi di mana karyawan dapat mencoba peran berbeda pada interval tertentu.
7. Hierarki yang lebih mudah diakses
Bertemu dengan seorang CEO atau pendiri tentu bukanlah sebuah masalah besar ketika memulai sebuah bisnis. Struktur organisasi yang rumit membuat komunikasi lebih mudah dan keputusan dapat diambil lebih cepat. Ide-ide baru pasti diterima, baik yang datang dari dalam maupun yang lama. Yang penting adalah idenya masuk akal dan dapat diterapkan.
8. Program ikatan tim yang menarik
Startup rajin menyelenggarakan acara yang mempertemukan tim, mulai dari malam pertandingan mingguan, pemberangkatan bulanan, hingga pemberangkatan tahunan. Tujuannya tak hanya untuk bersenang-senang, tapi juga mempererat chemistry tim. Acaranya pun bermacam-macam, mulai dari acara sederhana seperti makan malam hingga kompetisi seperti Exit atau Software Hackathon.
9. Sistem Penghargaan Transparansi
Prestasi karyawan jelas dihargai dan adil. Ada poin atau level yang bisa ditukarkan dengan reward, bonus, transparansi, bahkan opsi kepemilikan perusahaan. Kenaikan gaji dan promosi juga memiliki kriteria yang jelas, bukan berdasarkan senioritas atau preferensi.
10. Pola pikir pemecahan masalah yang aktif
Dalam memulai suatu usaha, menemui permasalahan merupakan hal yang lumrah. Sesuatu yang tidak biasa sedang menunggu orang lain untuk menyelesaikan masalahnya. Karyawan diajarkan untuk proaktif mencari solusi dan kemudian berani mengambil inisiatif. Jika terjadi kesalahan, fokuslah untuk mencari tahu siapa yang salah, namun atasi dan cegah agar hal tersebut tidak terjadi lagi.
11. Budaya pertemuan yang efektif
Pertemuan permulaan bisnis biasanya singkat, padat dan jelas. Rapat stand-up pagi hari hanya membutuhkan waktu 15 menit untuk menyinkronkan pekerjaan. Rapat perencanaan fokus pada tujuan dan tenggat waktu. Pertemuan berikutnya untuk meninjau apa yang bisa ditingkatkan. Tidak ada pertemuan yang hanya membuang-buang waktu.
12. Perayaan penting yang bikin heboh
Setiap pencapaian, sekecil apapun, patut diapresiasi. Aktifkan fungsi baru? Pesta pizza! Punya pelanggan hebat? Makan malam kelompok! Mencapai tujuan triwulanan? Berpesta! Budaya seperti itu membuat karyawan merasa lebih dihargai dan bersemangat dalam mencapai tujuan selanjutnya.
Budaya start-up sangat berbeda dengan perusahaan pada umumnya. Namun justru perbedaan inilah yang membuat Gen Z menarik. Mereka merasa dapat mengekspresikan diri secara bebas sambil tetap produktif dan berkembang. Yang penting di balik suasana santai ini adalah adanya struktur dan sistem yang jelas yang menjamin tercapainya seluruh tujuan.