waroengmedia.com – Publik kembali dihebohkan dengan rekaman wawancara yang memperlihatkan momen calon lulusan SMK yang seharusnya melamar magang di Jepang, namun tidak bisa menjawab soal dasar perkalian. Kejadian yang terjadi di Lembaga Pelatihan Magang (LPK) Jepang di Ponorogo, Jawa Timur ini membuat pewawancara atau pelatih terlihat kesal.
Video tersebut memperlihatkan pelatih menanyakan pertanyaan dasar perkalian kepada calon peserta. Soal-soal yang diajukan sangat sederhana karena merupakan pelajaran di sekolah dasar.
“Besi 2 meter dipotong menjadi 4, berapa sentimeter yang dipotong?”
Foto: TikTok/@vong.japan
Terhadap pertanyaan tersebut, calon peserta tampak terdiam. “Enam,” jawab calon peserta.
“Kamu berasal dari sekolah kejuruan mana?” tanyanya lagi, tampak terkejut karena calon kontestan lulusan SMK tidak mengetahui dasar perkalian.
“Anda masih SD, dan bagaimana jika iya, Pak?” tambahnya pada pria yang satu ruangan itu.
“Itu cara untuk belajar, bukan sekedar bermain,” kata lawan bicaranya.
Bingung menerima calon peserta magang LPK di Jepang, pewawancara akhirnya meminta calon peserta pulang dan belajar kembali dasar perkalian.
“Itulah mas, sekarang pulang, hafal perkalian. Kalau sudah belajar, balik lagi ke sini,” ujarnya.
Foto: TikTok/@vong.japan
Selain itu, pewawancara menjelaskan bahwa proses lamaran magang di Jepang memiliki banyak tahapan, termasuk tes matematika dasar.
Beredarnya video ini menarik perhatian netizen yang banyak di antaranya prihatin dengan kualitas pendidikan sumber daya manusia di Indonesia. Beberapa netizen menilai soal dasar perkalian buatan manusia masih berupa perkalian dasar tingkat SD dan SMA, sehingga calon lulusan SMK tidak bisa menjawab sehingga membuat mereka sedih.
“Hasilnya mau tidak mau harus masuk kelas…sedih banget lihat di lapangan seperti ini,” kata @vningtiaskih.
“Tidak ada slogan kerja itu penting, karena kerja itu butuh kapasitas, skill dan kemauan,” kata @emakbirru.
“Pendidik hanya mengikuti aturan.” Mengajar itu sulit hari ini. Dulu, guru bisa memaksa anak-anak untuk belajar sampai mereka benar-benar mahir. Dan sekarang? Mereka mungkin bilang jangan memaksa, kemampuan anak-anak itu berbeda-beda. Bingung ya????” tanya @vnaief.
“Coba tes semua murid di kelas bapak pak, kalau hanya dia berarti dia penderita disleksia, kalau semua murid seperti itu berarti kelas bapak jelek,” kata @purvantoabdulrofikopah.
“Saya bangga bisa menyelesaikan silabus VOC. Saya sedikit melakukan kesalahan saat menampar penggaris,” kata @dindaprmtta.