Nggak hanya dihubungi atasan diluar jam kerja, ini 9 dilema karyawan zaman now

waroengmedia.com – Karyawan masa kini banyak dihadapkan pada dilema yang membuat pusing, terutama dalam membagi waktu kerja dan waktu luang. Salah satu hal yang sering membuat Anda kesal adalah ketika atasan Anda tiba-tiba menelepon Anda di luar jam kerja, seolah-olah waktu istirahat Anda tidak terbatas. Hal seperti ini tak hanya mengganggu tidur, tapi juga bisa menambah stres.

Teknologi yang semakin canggih terkadang membuat dilema semakin rumit. Chat dan email yang bisa diakses kapan saja membuat karyawan harus selalu siap, meski ingin bisa lepas dari pekerjaan kantor di rumah. Jadi, sangat sulit untuk membedakan antara pekerjaan dan kehidupan pribadi.

Tak hanya dihubungi di luar jam kerja, masih banyak dilema lain yang kerap membingungkan karyawan saat ini. Mulai dari tuntutan untuk selalu produktif hingga tekanan untuk bisa multitask, hingga desk work atau bahkan disuruh ini atau itu, ada hal yang membuat pekerjaan semakin rumit.

Nah, inilah 9 dilema karyawan hari ini yang mungkin bisa Anda kaitkan, yuk simak selengkapnya di bawah ini! waroengmedia.com dilansir dari berbagai sumber, Jumat (1/11). Dilema karyawan saat ini.

Foto: freepik.com/wayhomestudio

1. Selalu terhubung dengan pekerjaan. Di era digital, seringkali karyawan merasa perlu untuk selalu siap terhubung ke kantor, bahkan di luar jam kerja. Obrolan yang mudah diakses berarti atasan atau kolega Anda dapat menghubungi Anda kapan saja.

Hal ini menimbulkan tekanan untuk selalu tanggap, yang seringkali mengganggu waktu relaksasi. Akibatnya, batasan antara pekerjaan dan kehidupan pribadi menjadi kabur sehingga mudah menimbulkan stres.

2. Tekanan untuk selalu produktif.

Karyawan masa kini dihadapkan pada harapan untuk selalu produktif. Beragamnya alat dan teknologi yang tersedia memudahkan pemantauan kinerja, membuat karyawan merasa perlu untuk terus menunjukkan hasil.

Tuntutan tersebut dapat berujung pada burnout, karena mereka merasa tidak mempunyai waktu untuk beristirahat atau sekedar bersantai. Banyak yang merasa bahwa mereka harus menjadi sempurna dan terkadang mereka mengabaikan kesehatan mental mereka untuk memenuhi harapan tersebut.

3. Kesulitan menjaga keseimbangan kehidupan kerja. Keseimbangan antara pekerjaan dan kehidupan pribadi merupakan tantangan besar bagi banyak karyawan. Banyak yang merasa harus bekerja lembur atau bekerja dari rumah untuk memenuhi tenggat waktu.

Di sisi lain, ada juga tekanan untuk tetap terlibat dalam kehidupan sosial dan keluarga. Hal ini menyebabkan banyak karyawan yang merasa terjebak antara tuntutan pekerjaan dan kebutuhan pribadi sehingga sulit mencari waktu untuk dirinya sendiri.

4. Hilangnya motivasi dan kreativitas.

Dalam lingkungan kerja yang serba cepat dan penuh tekanan, banyak karyawan kehilangan motivasi dan kreativitas. Rutinitas kerja yang monoton dan tuntutan untuk selalu aktif dapat menurunkan semangat kerja.

Karyawan mungkin merasa terjebak di tempat kerja tanpa kesempatan untuk mengeksplorasi ide-ide baru. Akibatnya, prestasi kerja bisa menurun hingga kepuasan kerja menurun.

5. Kekhawatiran terhadap keamanan kerja.

Di tengah perubahan yang cepat dalam dunia kerja, kekhawatiran mengenai keamanan kerja semakin meningkat. Banyak karyawan yang merasa terancam dengan otomatisasi dan teknologi yang dapat menggantikan tugas-tugas yang sebelumnya dilakukan oleh manusia. Belum lagi kemungkinan terjadinya PHK yang kerap terjadi tanpa alasan yang jelas.

Ketidakpastian terhadap masa depan pekerjaan membuat banyak orang merasa cemas, dan hal ini dapat mempengaruhi produktivitas dan kesehatan mental pekerja. Selain itu, karyawan masa kini harus beradaptasi dan terus belajar agar tetap relevan, yang mana hal ini dapat menjadi beban tambahan di tengah segala tantangan lainnya.

6. Persyaratan adaptasi yang cepat. Di era yang selalu berubah ini, karyawan diharapkan cepat beradaptasi dengan perubahan teknologi dan cara bekerja. Pelatihan dan pengembangan keterampilan memang penting, namun seringkali tidak ada cukup waktu untuk mempelajari hal baru di tengah kesibukan. Rasa tertekan ini dapat menghancurkan rasa percaya diri, terutama bagi para pekerja yang sulit mengikuti perkembangan terkini.

7. Kurangnya dukungan mental dan emosional.

Meski banyak perusahaan mulai menyadari pentingnya kesehatan mental, masih banyak karyawan yang merasa kurang mendapat dukungan. Lingkungan kerja yang kompetitif seringkali membuat karyawan merasa sendirian ketika menghadapi stres.

Selain itu, tanpa adanya tempat untuk berbagi masalah atau mencari dukungan, pekerja dapat merasa terisolasi, yang pada akhirnya berdampak negatif pada kesehatan mental dan produktivitas.

8. Keinginan akan fleksibilitas kerja.

Banyak karyawan yang mencari fleksibilitas dalam jadwal kerjanya, baik itu bisa bekerja dari rumah atau menyesuaikan jam kerja dengan kebutuhan pribadinya. Namun, tidak semua perusahaan menawarkan kebijakan ini, dan seringkali karyawan merasa terjebak dengan jam kerja yang ketat. Kebutuhan untuk tetap berada di kantor secara fisik seringkali bertentangan dengan kebutuhan untuk mengatur waktu secara lebih fleksibel, sehingga dapat menimbulkan rasa frustrasi.

9. Kurangnya kesempatan untuk pengembangan karir. Di tengah tekanan untuk memenuhi tuntutan pekerjaan sehari-hari, banyak karyawan yang merasa terjebak dalam posisi di mana mereka tidak bisa berkembang. Terbatasnya kesempatan untuk memajukan atau mengembangkan keterampilan baru dapat membuat karyawan merasa stagnan. Hal ini dapat berdampak pada motivasi dan semangat kerja sehingga membuat mereka merasa tidak dihargai dan kehilangan arah dalam karier.

Related Posts

Jenis-jenis akar termodifikasi dan contoh tumbuhan yang menggunakannya

waroengmedia.com – Dalam dunia botani, akar merupakan bagian penting pada tumbuhan yang fungsinya menyerap air dan unsur hara dari dalam tanah serta memberikan penyangga struktur. Namun, beberapa tanaman telah mengembangkan…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

You Missed

Tidak akan pernah ada Pilkada Gubernur di Yogyakarta, ini sejarah dan aturan yang berlaku

Tidak akan pernah ada Pilkada Gubernur di Yogyakarta, ini sejarah dan aturan yang berlaku

5 Fakta kasus remaja di bawah umur yang disomasi pejabat gara-gara dikirimi video tak senonoh

5 Fakta kasus remaja di bawah umur yang disomasi pejabat gara-gara dikirimi video tak senonoh

Menantu-mertua seperti ayah dan anak, momen Sule dan Mahalini masak mi ini jadi sorotan

Menantu-mertua seperti ayah dan anak, momen Sule dan Mahalini masak mi ini jadi sorotan

7 Momen bahagia Frank Hutapea anak Hotman Pari dan Winona Delany Tandra saat upacara Sangjit

7 Momen bahagia Frank Hutapea anak Hotman Pari dan Winona Delany Tandra saat upacara Sangjit

Minta bantuan AI balas chat dosen, mahasiswa ini malah asal copas dan endingnya bikin malu sendiri

Minta bantuan AI balas chat dosen, mahasiswa ini malah asal copas dan endingnya bikin malu sendiri

Ulasan serial Netflix Sex Education, mengupas seksualitas dengan humor dan hati

Ulasan serial Netflix Sex Education, mengupas seksualitas dengan humor dan hati