waroengmedia.com – Aplikasi Program Studi Gratis mulai tahun 2022 membawa angin segar bagi dunia pendidikan di Indonesia mulai tahun 2022. Diharapkan dapat meningkatkan proses pembelajaran, program studi mendorong mahasiswa untuk lebih memahami konsep secara mendalam dibandingkan hanya mengandalkan hafalan. sendiri.
Namun transisi ini menimbulkan tantangan baru, terutama bagi orang tua yang anaknya masih duduk di bangku sekolah dasar tingkat pertama. Belum lama ini, seorang ibu menceritakan keluh kesahnya di media sosial tentang kesulitan yang dihadapi anaknya saat bertanya di kelas 1.
Dalam postingannya di TikTok @Anoi, ia melontarkan beberapa pertanyaan.
Foto: tiktok/@menikmati.h kehidupan
Sulitnya PKKN malah dipertanyakan. “Ini pelajaran PKn untuk siswa kelas 1 atau soal TW untuk pendekar SKDCPNS?”
Soal yang dibagikan meminta siswa mencocokkan kalimat konsensus dan menuliskan lima lambang dan perilaku Pancasila secara berurutan. Meski terlihat sederhana, namun sang ibu merasa materinya terlalu berat dan tidak mencapai tingkat pemahaman anak-anak yang mempelajari PPK.
Foto: tiktok/@menikmati.h kehidupan
Unggahan tersebut pun menuai sejumlah komentar dari warganet, banyak yang mengamini soal-soal tersebut terlalu sulit untuk anak kelas 1. Beragam komentar seperti membesarkan, ada pula yang mengatakan hal serupa saat membantu anak mengerjakan pekerjaan rumah.
Foto: tiktok/@menikmati.h kehidupan
Iya, pas aku bantu anakku mengerjakan PR, aku merasakan ujian CPNS lagi, tulis @vi.
“Kalau aku baca buku anak-anak aku WKWKKWWK, ini isi SKD CPNS-ku,” kata akun @Tuanbenjol.
“Shockshake sekarang ada paket buku untuk anak sd.. bayangkan anak kelas 2 sd, pelajarannya anak sma,” kata akun @arianantihari4.
Namun ada pula yang berpendapat bahwa dengan cara yang benar, anak dapat memahami materi dengan baik.
“Pastinya anak-anak benar-benar masuk sekolah kalau mudah menghafalnya,” kata DHI Derry yang berharap kurikulum tetap memiliki nilai meskipun ada tantangan.
Pada saat yang sama, komentar guru tidak kalah pentingnya. Seorang guru mengatakan bahwa tidak ada aturan dalam buku pedoman warga, sehingga setiap penerbit mencetak buku menurut versinya masing-masing. Hal ini dapat menimbulkan kebingungan bagi guru dan siswa.
“Pedoman PKN yang baku belum ada yang baku…jadi penerbit mencetak buku sesuai versinya masing-masing. Penerbit tidak tahu apa yang terjadi di kelas. Kami guru juga bingung pelajarannya apa.. Berapa banyak ada. Tato Afia.