waroengmedia.com – Saat mengalami sakit punggung, banyak orang yang mengira bahwa itu adalah nyeri biasa yang bisa dihilangkan dengan istirahat atau minum obat pereda nyeri. Namun pengalaman perempuan bernama Rizkya berbeda. Rupanya, Rizkya tak sering menderita sakit pinggang. Namun sakit punggung ini merupakan gejala awal dari penyakit mematikan tersebut.
Awalnya Rizkya hanya menderita sakit punggung biasa. Hal itu terjadi sebulan setelah Rizkya meninggal. Saya merasakan sakit dari pinggang hingga kaki, sehingga sulit untuk berjalan. Ia merasa tubuhnya sudah tidak sehat lagi dan pergi ke dokter. Jawaban pertama, penyebab nyeri tersebut karena efek anestesi.
“Setelah satu bulan SC, saya merasakan nyeri pinggang yang menjalar ke kaki saya setiap sore. Kadang saya tidak bisa berjalan karena kaki saya tidak bisa menopang. Setiap saya periksa, dokter bilang nyeri ini efek anestesi,” seperti yang dijelaskan Rizkya seperti yang dikatakan Brilio. TikTok @ar_rizkya, Mulai Rabu (13/11).
Selama empat bulan, dia menderita sakit yang tidak kunjung hilang meski sudah minum obat pereda nyeri. Setelah diperiksa, mereka menemukan bagian punggungnya terbuka. Dalam beberapa hari, kesehatannya memburuk, rasa sakit yang dirasakannya semakin bertambah hingga seluruh tubuhnya terasa nyeri.
“Saya pakai obat pereda nyeri, saya kesakitan selama 4 bulan, lalu ternyata sebagian punggung saya terkilir. Selang beberapa hari, saya sakit dan kesakitan, seluruh tubuh saya sakit, tidak bisa. ” Saya tidak bisa berjalan, saya tidak bisa duduk, dan sulit tidur.”
Foto: TikTok / @ar_rizkya
Mencoba ke rumah sakit, namun tidak berhasil, Rizkya kemudian mencoba metode diagnostik lain, pijat saraf. Namun, hal ini tidak berubah. Periksakan kembali ke dokter Anda. Saat dilakukan rontgen oleh dokter ortopedi Rizkya, diketahui tulangnya rusak dan ia mengidap TBC tulang belakang.
“Setelah itu saya dirujuk ke dokter spesialis rontgen. Alhamdulillah. Hasilnya bagus. Untuk bisa sembuh, saya harus menjalani terapi OAT 2 bulan sebelum operasi punggung,” jelasnya.
Namun pengobatannya tidak berjalan sesuai rencana. Sampai minggu ketujuh, muntah-muntah, demam tinggi selama empat hari disertai diare dan kehilangan nafsu makan, disusul muntah-muntah terus menerus selama 24 jam. Saya selalu mual setiap kali saya minum OAT. Rizkya memutuskan untuk menghentikan pengobatan OAT setelah menyadari tubuhnya tidak dapat menerima obat tersebut karena menderita asam lambung dan maag.
Kemudian di RS selama 10 hari. 2 hari di IGD dan perawatan lebih lanjut di ruang pasien. Dalam kasus ini, Rizkya dirawat oleh dokter bedah trauma.
“Lukanya sudah pecah,” ucapnya kesakitan, namun tidak ada respon dari dokter. Setelah mendapatkan kamar, dokter kandungan akan terus bekerja. Kabar baiknya, luka jahitannya tidak terlalu dalam, melainkan tepat di atas kulit, tambahnya.
Foto: TikTok / @ar_rizkya
Saat ujian, Rizkya merasa mual dan kehilangan nafsu makan. Saat berkunjung ke dokter spesialis penyakit dalam, ia menemukan gejala liver yang sebelumnya dianggap hanya masalah asam lambung atau GERD. Dia kemudian menceritakan kepada kedua dokter tersebut riwayat masalah punggungnya, yang tampaknya tidak mereka ketahui.
“Hasil darah+cairan dan rontgen kembali dan saya kena infeksi baru. Itu TBC kulit, jadi saya ada 2 kasus TBC,” imbuhnya.
Ia dipindahkan ke ruang isolasi dan dirawat oleh tiga dokter karena didiagnosis positif TBC. Ia disarankan untuk memberikan lebih sedikit obat untuk mengurangi efek sampingnya. Hari pertama, sorenya minum obat anti tuberkulosis (OAT) dan obat liver. Namun, ia mengalami efek samping seperti menggigil dan muntah di malam hari. Rizkya berhenti meminum obatnya.
Foto: TikTok / @ar_rizkya
Sayangnya, di pagi hari, kesehatan Rizkya memburuk, kulitnya memerah, wajahnya berubah warna, sesak napas, dan sudah tiga hari ia meminumnya. Setiap kali ini terjadi, perawat di rumah sakit memberinya infus dan demam.
“Dokter mengunjungi saya lagi dan menceritakan semua yang terjadi,” katanya. Tapi dokter spesialisnya menyuruh saya minum obat OAT lagi. kurangi minum obat, katanya tidak ada obat lain. Dokter setempat mengganti obat ini menjadi pengobatan OAT. Untuk mual saya diberi vitb6 dan kunyit,” jelasnya.
Setelah 10 hari dirawat, Rizkya akhirnya bisa pulang. Dia masih menjalani pemeriksaan mingguan. Bahkan, dia sampai pada titik di mana dia tidak perlu lagi diawasi, dan pil yang diminumnya mulai berkurang.
Namun di bulan kedua, Rizkya kembali menjalani tes dan dibawa ke RSUD Surakarta. Sesampainya di sana, kami harus menunggu selama 15 menit. Namun sayang, Rumah Sakit tersebut tidak penuh dengan BPJS.
Foto: TikTok / @ar_rizkya
Rizka dipasang 8 mesin, rumah sakit hanya menanggung 4 mesin dan sisanya harus ditanggung sendiri. Sedangkan Kelas BPJS Rizka hanya Kelas 3 saja. karena biaya operasional yang tidak konsisten; Akhirnya, operasi ini gagal.
Karena terkendala biaya operasi, Rizka meminta bantuan kepada Jokowi dan Gibran. Ia yakin Jokowi atau Gibran bisa membantunya melawan TBC.
Saya seorang pejuang sembuh dari TBC, saya sudah dioperasi untuk memasang 8 tali pusat yang ditanggung oleh BPJS, tetapi BPJS hanya memiliki 4 tali pusat. Mohon bantuannya karena itu kecil dan murah.”
Sementara karena keterbatasan dana, pengobatan akhir hanya dilakukan sedikit sekali di rumah. Kini ia hanya mengandalkan bidan untuk membantu Rizkya.
“Pertama, karena BPJS tidak merawat saya, saya merasa harus membayar uang setiap pagi dan sore, dan saya mengurus diri sendiri di rumah dengan bidan setempat, sehingga saya memutuskan untuk berobat dengan percaya diri. Peralatannya bersih dan tidak sehat”.
Kisah perjuangan Rizkya sembuh dari penyakit mematikan itu menuai beragam reaksi di dunia maya.
Akun @fauziahimism_ berbunyi: “Saya juga menderita TBC tulang belakang saat lahir, saya dirawat selama 1 tahun setelah operasi maag, namun tulang saya berhenti bekerja dan maag terlihat alhamdulillah.”
Di akun @Eka Aem, ia berkomentar: “Setelah melahirkan menurutku ujiannya paling berat, kakak susah… Tenang saja. Semoga lekas sembuh.”
“Tangan Tuhan yang mengerjakan garis kasih-Nya menyelamatkanmu,” tulisnya di situs @callmeNelz.